Kamis, 25 November 2010

Pemerintah beli ternak warga Merapi

Pemerintah Indonesia memutuskan untuk membeli semua ternak milik warga lereng Gunung Merapi agar mereka mau mengungsi dari zona bahaya.
Langkah ini diumumkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta hari Jumat (05/11) setelah jatuh korban lebih besar padahal mereka sudah dilarang untuk kembali ke zona bahaya yang ditetapkan sejauh radius 20 kilometer. "Setelah kita pelajari mengapa di waktu yang lalu penduduk itu sering terbebani oleh ternak atau sapi yang dimiliki, sehingga tidak mudah meninggalkan rumahnya kampungnya. Kalau sudah meninggalkan, kalaupun belum terbawa berusaha untuk mencari kembali atau mencari makanananya dan sebagainya. Oleh karena itu pemerintah akan membeli sapi-sapi itu dengan harga yang pantas," ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan masalah ternak milik penduduk lereng Gunung Merapi memang menjadi masalah karena warga tidak mau meninggalkan ternak dan jika ternak-ternak itu diungsikan terlalu banyak masalah.
"Pengungsian ternak jika dilakukan memakan biaya lebih tinggi dan menimbulkan permasalahan tersendiri seperti lokasi dan tempat pembuangan dan sebagainya. Maka atas rundingan dengan pemerintah daerah, bupati dan gubernur, disarankan untuk membeli ternak itu jika sudah aman mereka bisa membeli kembali," kata Agung Laksono kepada BBC.
Pemerintah sedang menghitung jumlah ternak yang ada di wilayah itu dan berdasarkan pendataan sebelumnya jumlah ternak di sana mencapai sekitar 17.000 ekor. "Pemerintah juga sedang mempertimbangkan mengganti sapi yang sudah mati ada sekitar 700 sampai 900 ekor" kata Agung Laksono kepada BBC Indonesia.
Masalah ternak memang menjadi penyebab warga kembali ke rumah mereka yang berada di zona bahaya, bahkan sebagian besar korban yang tewas akibat letusan paling akhir ini berada di radius 10 kilometer padahal zona bahaya ditetapkan pada radius 20 kilometer. 


Tabungan
Kepala Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada, Junun Sartohadi, mengatakan memang hewan ternak merupakan aset terpenting bagi warga lereng Gunung Merapi dan mereka kembali ke rumah masing-masing bukan untuk harta benda berupa rumah dan barang materi lain.
"Hewan peliharaan adalah cadangan yang sewaktu-waktu bisa digunakan. Hewan peliharaan adalah tabungan dan sekarang tabungan mereka terancam sehingga mereka tidak bisa tenang untuk mengungsi," ujar Junun Sartohadi.
Dia menambahkan bahwa dari segi penerapan teori manajemen bencana yang dilakukan dalam menangani bencana Gunung Merapi sudah baik, namun penerapannya tidak akan berjalan dengan baik jika masalah ternak tidak diatasi.
Warga memang sembunyi-sembunyi kembali ke rumah masing-masing seperti yang dijelaskan oleh Tanto, petugas pos pengamatan Sleman. "Padahal sudah diperingatkan berulangkali. Tadi malam [Kamis 04/11] dilarang, mereka naik sembunyi-sembunyi. Petugas tidak tahu karena mereka memakai jalan tikus karena lebih berpengalaman dari petugas. Petugas kan sebagian besar orang luar jadi tidak tahu jalan-jalan kecil itu. Pemerintah mengatakan bahwa dana untuk pembelian sapi diambil dari anggaran Kementrian yang dikoordinasi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar