Selasa, 10 Mei 2011

Puisi

                                                              Hati Kecilku
Seraya dengan selendang kecilku, aku menari indah di atas hamparan samudra luas.
Aku memerdukan suara hati.
Ku nyanyikan lagu cantik.
Ku ayunkan selendang searah dengan angin yang menggeserkan debu-debu di padang (pasir)

Namun , angin berganti petaka
Ia menghilangkan selendang kecil ku .
Ia menjatuhkan pundak ku
Dan aku pun terhempas jauh, tetesan airmata menutup nyanyianku.

Ku coba lagi membuat selendang baru, dan kini tak lagi ku ikatkan di pinggangku.
Lalu ku mainkan biola ku, mungkin ini sangat rapuh. Tetapi, alunannya mengantarkan aku pada usia baru ku.

Tiba-tiba alunannya hilang, biola rapuh ku tak lagi bernyawa. Kini tak lagi berdawai.
Karna ia rapuh. Oh Tuhan apakah ini?
Lagi-lagi airmata menggantikan alunan ku.

Tak ada lagi tarian dengan selandang kecil ku, dan tak ada lagi alunan dengan  biola rapuh ku.
Kini aku  benar-benar sendiri. Mereka yang selalu menemani ku, semua hilang.
Ku terdiam di depan semua masa ku, bertumpu pada satu tempat, yaitu kertas.
Ku buat puisi,
Yang tarian dan alunan ku menyatu. Ku indahkan hidup ku dengan satu sampai dua patah kata.
Tersenyum ku memandang rangkaiannya, karna ku ingin Ia juga menjadi teman ku.

Namun, sama halnya dengan masa kecil dan kanak-kanak ku.
Aku berhenti menulis puisi ku, karnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....
Kertasku basah.
Tak kuat ku bayangkan takdir inii.
Tak sadarnya aku bahwa air mata telah mengganti tawa ku  sejak tadi.

Sungguh perih!
Tapi ada ibu disini, ada kamu juga kekasih ku. Mereka memeluk ku.
Aku tak lagi sendiri ^_^
Kemudian aku terlelap dan ketika ku kembali terjaga; selendang kumuh, biola rapuh, dan kertas buram ku ada menemaniku ---

Sejak saat itulah aku mengetahui, bahwa semakin tinggi pohon berdiri maka semakin kencang pula angin yang menerjang.
Begitu pun aku, semakin dewasanya usia ku maka semakin banyak terpaan yang menghadang.

--tawa dan tangis hanyalah sebagian dari impian-impian kecilmu. Umur mu tak dapat kau lihat. Sama halnya dengan impian. Hargailah setiap umurmu untuk menangis dan tertawa sampai impianmu hidup didepan mata--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar